| Selasa, 28 Februari 2017

Sinopsis Novel Belenggu – Armijn Pane

Ringkasan umum:


Sukartono (biasa dipanggil Tono) dan Sukartini (biasa dipanggil Tini) merupakan pasangan suami istri yang tinggal di Weltevreden, Batavia (sekarang Jakarta). Sukartono adalah seorang dokter lulusan dari Geneskundige Hooge School (sekolah Dokter Betawi), Sumartini adalah lulusan dari Lyceum (sekolah Menengah Atas Bandung). Sedangkan Rohayah (biasa dipanggil Yah, Siti Hajati, Nyonya Eni) tinggal di Gang baru no.24 yang merupakan tetangga Sukartono pada masa kanak-kanak di Bandung. Rohayah mengalami nasib yang malang, karena orang tuanya meninggal dan dikawinkan secara paksa dengan laki-laki yang tidak ia cintai. Kemudian menjadi gundik Belanda dan akhirnya berprofesi sebagai seorang tunasusila. 
Tapi sayang, pernikahan mereka tidak didasari oleh cinta. Sukartono menikahi Sumartini karena kecantikan, kecerdasan, serta mendampinginya sebagai seorang dokter. Sementara Sumartini menikahi Sukartono karena dia pikir dengan menikahi seorang dokter, maka besar kemungkinan bagi dirinya untuk melupakan masa lalunya yang kelam. Sukartono dan Sumartini tidak saling berbicara dan bertukar pikiran. Itulah sebabnya keluarga mereka tampak hambar dan tidak harmonis. Mereka sering salah paham dan bertengkar.
Keadaan rumah tangga ini makin memburuk, karena Sukartono terlalu sibuk merawat pasien sehingga dia tidak punya waktu untuk bersama Tini. Akibatnya, Tini pun menjadi lebih aktif dengan kegiatan sosial, sehingga dia tidak mengurus rumah tangga. Hal ini membuat Tono semakin menjauh, sebab dia ingin Tini menjadi istri tradisional yang bersedia menyiapkan makan dan menunggu dia di rumah.
Tapi mereka punya argumen masing­masing. Menurut Tono dia melakukan tugas dokter dengan tulus, menolong banyak orang, bekerja siang malam, dan bahkan bersedia tidak dibayar. Tapi menurut Tini, Sukartono tidak mampu memenuhi hak sebagai seorang suami begitu pula sebaliknya. Hasilnya, mereka sering bertengkar. Masing­masing tidak mau mengalah dan merasa paling benar.
Suatu ketika, ada seorang pasien wanita bernama Nyonya Eni yang mengaku sakit keras memanggil Dokter Sukartono. Wanita itu meminta Dokter Sukartono datang ke hotel tempat dia menginap. Dokter Sukartono pun datang ke hotel tersebut.
Setibanya di hotel, Sukartono merasa terkejut sebab pasien yang memanggilnya adalah Yah atau Rohayah, wanita yang telah dikenalnya sejak kecil. Yah adalah teman sekelasnya sewaktu masih bersekolah di Sekolah Rakyat. Mereka lalu bercerita tentang pengalaman hidup masing­masing. Yah mengatakan dia sudah menjadi janda. Dia korban kawin paksa. Karena tidak tahan hidup di Palembang bersama suami pilihan orang tuanya, dia melarikan diri ke Jakarta. Selama tiga tahun dia terjun kedunia nista dan menjadi wanita panggilan simpanan pria Belanda.
Sukartono juga bercerita bahwa setelah tamat sekolah rakyat di Bandung, dia berpindah ke Surabaya dan belajar di sekolah kedokteran di sana. Dia menikah dengan Tini karena kecantikannya. Juga terungkap bahwa Rohayah secara diam­diam sudah sejak kecil mencintai Dokter Sukartono. Dia sering menghayalkan Dokter Suartono sebagai suaminya. Itulah sebabnya, dia mencari alamat Dokter Sukartono. Setelah menemukannya, dia menghubungi Dokter Sukartono dengan berpura­pura sakit.
Karena sangat merindukan Dokter Sukartono, pada saat itu juga, Yah menggodanya. Dia sangat mahir dalam hal merayu laki­laki karena pekerjaan itulah yang dilakukannya selama di Jakarta.
Akhirnya Sukartono dan Rohayah mulai bertemu secara diam­diam dan sering pergi ke pelabuhan Tanjung Priok. Ketika Tini pergi ke Surakarta untuk menghadiri kongres wanita, Tono mengambil langkah untuk hidup bersama Yah selama satu minggu.
Sukartono pun mulai tergoda akan rayuannya, karena Yah sering meminta dia untuk mengobatinya, dan Sukartono pun sering mengunjungi Yah. Dia mulai merasakan hotel tempat Yah menginap sebagai rumahnya yang kedua. Yah mampu memberikan banyak kasih sayang dan ketentraman yang sangat dibutuhkan oleh Sukartono yang selama ini tidak diperoleh dari istrinya. Melihat tingkah laku Yah yang sopan santun, Tono menjadi semakin cinta padanya karena beranggapan bahwa Yah adalah istri yang tepat untuknya. Namun, Yah merasa dirinya belum siap untuk menikah.

Waktu terus berjalan. Pada suatu hari Sukartnono yang merupakan penggemar musik keroncong, diminta menjadi juri suatu lomba keroncong di Pasar Gambir. Di sana, dia bertemu dengan Hartono, seorang aktivis politik dan anggota Partindo, yang bertanya tentang istri dokter itu.
Beberapa hari kemudian, Hartono mengunjungi rumah Sukartono dan bertemu dengan Tini. Ternyata Tini pernah menjalin hubungan dengan Hartono saat kuliah, sehingga mereka berhubungan seks. Tapi Hartono kemudian memutuskan Tini dan meninggalkannya. Ternyata inilah masa lalu kelam Sumartini.
Di lain pihak, lama­ kelamaan hubungan Yah dengan Tono diketahui oleh Sumartini. Betapa panas hatinya ketika mengetahui hubungan gelap suaminya dengan wanita bernama Yah. Dia ingin melabrak wanita tersebut. Secara diam­diam Sumartini pergi ke hotel tempat Yah menginap. Dia berniat hendak memaki Yah sebab telah mengambil dan dan menggangu suaminya. Akan tetapi, setelah bertatap muka dengan Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh. Kebencian dan nafsu amarahnya tiba­tiba lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap sebagai wanita jalang, ternyata merupakan seorang wanita yang lembut dan ramah. Ironisnya Yah mengetahui kehidupan gelap Tini dahulu sebelum menikah dengan Sukartono. Tini tertegun begitu saja ketika ia mengetahui bahwa Yah tahu banyak masa lalu Tini yang kelam.Tini merasa malu kepada Yah. Dia merasa bahwa selama ini dia bersalah pada suaminya. Dia tidak dapat berlaku seperti Yah yang sangat didambakan oleh suaminya.

Sepulang dari pertemuan dengan Yah, Tini mulai berintropeksi terhadap dirinya. Dia merasa malu dan bersalah kepada suaminya. Dia merasa dirinya belum pernah memberi kasih sayang yang tulus pada suaminya. Selama ini dia selalu kasar pada suaminya. Dia merasa telah gagal menjadi Istri. Akhirnya, dia mutuskan untuk berpisah dengan Suaminya.
Permintaan tersebut dengan berat hati dipenuhi oleh Dokter Sukartono. Bagaimanapun, dia tidak mengharapkan terjadinya perceraian. Sukartono meminta maaf pada istrinya dan berjanji untuk mengubah sikapnya. Namun, keputusan istrinya sudah bulat. Dokter Sukartono tak mampu menahannya. Akhirnya mereka bercerai. Tini lalu berpindah ke Surabaya dan mengabdi pada sebuah panti asuhan yatim piatu.
Hati Sukartono bertambah sedih karena juga akan ditinggal oleh Rohayah. Yah merasa bahwa mempunyai hubungan dengan Tono akan membuat citra baik Tono hancur, sebab latar belakangnya yang tunasusila itu. Rohayah akhirnya pindah ke Kaledonia Baru, dengan meninggalkan sepucuk surat dan sebuah piring hitam yang membuktikan bahwa Yah sebenarnya penyanyi favorit Tono yaitu, Siti Hajati.
Dalam perjalanan ke Kaledonia Baru, Yah rindu pada Tono dan mendengar suaranya di radio. Sekarang Tono ditinggal sendiri di Jakarta dan mulai bekerja sangat keras, dalam usaha untuk mengisi kesepiannya. Dia juga mengisi harinya dengan membaca buku terutama buku kebatinan.

0 komentar:

Posting Komentar

Prev
▲Top▲